KATA
PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, banyak sekali nikmat
yang Allah berikan tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi
Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Seleksi
tenaga kerja dan penempatan”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih
banyak kesalahan dan kekurangan serta jauh dari sempurna, untuk itu kami
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, Wabilahi taufik wal hidayah
Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
A.
LATAR BELAKANG
Setelah dilaksanakannya rekrutmen dalam manajemen sumber daya manusia,
maka tahap selanjutnya adalah seleksi dan penempatan. Melihat kenyataan di
lapangan banyak organisasi yang kurang memperhatikan fungsi seleksi dan penempatan
ini. Perencanaan dan pelaksanaan seleksi yang kurang matang akan mengakibatkan
fungsi seleksi dan penempatan kurang kredibel, alhasil pegawai yang diterima
kurang memenuhi standar kualifikasi minimal yang diinginkan sehingga
mengakibatkan melemahnya suatu organisasi karena kurangnya tanggung jawab
seorang pegawai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini
dikarenakan dalam proses seleksi dan penempatan kurang memperhatikan
prosedur-prosedur seleksi dan penempatan.
Karyawan merupakan sumber daya manusia yang diharapkan produktif dan karyawan yang produktif adalah bukti
paling baik suatu proses seleksi yang efektif. Oleh karena itu agar proses
seleksi berhasil efektif maka perlu memperhatikan prosedur-prosedur,
langkah-langkah, maupun syarat-syarat seleksi dan penempatan.
Proses seleksi karyawan merupakan salah satu bagian yang sangat penting
dalam keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia. Hal ini dikatakan
karena apakah dalam organisasi terdapat sekelompok karyawan yang memenuhi tuntutan
organisasional atau tidak sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi
yang dilakukan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam bahasan
seleksi dan penempatan ini timbul beberapa permasalahan di bawah ini.
1.
Apakah pengertian seleksi dan penempatan?
2.
Langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh untuk
proses seleksi?
3.
Apa sajakah syarat-syarat seleksi dan penempatan?
4.
Apa Pengaruh Nilai terhadap Seleksi dan Penempatan?
5.
Metode-metode apa saja
yang digunakan dalam proses seleksi dan penempatan?
A.
PENGERTIAN SELEKSI DAN PENEMPATAN
v
SELEKSI
proses pencarian karyawan untuk menyeleksi calon
tenaga kerja yang dianggap memenuhi kriteria
yang sesuai dengan karakter pekerjaan yang dilamar.
·
Sasarannya :
membuat suatu rekomendasi untuk menolak atau
menerima calon tenga kerja berdasarkan suatu dugaan tentang potensi-potensi
dari calon tenaga kerja untuk berhasil dalam bekerja.
Dalam proses managerial ada suatu aktivitas kerja
membuat suatu rekomendasi untuk menolak atau menerima calon tenga kerja
berdasarkan suatu dugaan tentang potensi-potensi dari calon tenaga kerja untuk
berhasil dalam bekerja.
Kegiatan ini dikenal sebagai...
a. penempatan
b. seleksi
c. rekomendasi tenaga kerja
d. penilaian calon tenaga kerja
e. penyaringan tenaga kerja
·
Tugasnya
:
mengevaluasi sebanyak mungkin kandidat untuk
menyaring dan memilih seseorang atau beberapa orang yang paling memenuhi syarat
kerja.
v PENEMPATAN
menempatkan karyawan pada bidang pekerjaan yang dianggap sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya (pengetahuan, keterampilan dan keahlian).
·
Sasarannya :
membuat suatu rekomendasi untuk mendistribusikan
kandidat pada pekerjaan berdasarkan suatu potensi-potensi yang dimiliki
kandidat untuk berhasil pada pekerjaannya.
·
Tugasnya :
mengevaluasi kandidat untuk dicocokkan antara
kualifikasi yang dimiliki dengan persyaratan yang sudah ditetapkan.
B. PROSES SELEKSI
Proses seleksi adalah
serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar
diterima atau tidak. Langkah-langkah ini mencakup pemaduan kebutuhan-kebutuhan
kerja pelamar dan organisasi. Dalam banyak departemen personalia, penarikan dan
seleksi digabungkan dan disebut Employment function.
Proses seleksi adalah pusat
manajemen personalia. Analisa jabatan, perencanaan sumber daya manusia, dan
penarikan dilakukan terutama untuk membantu seleksi personalia.
1. Masukan-masukan
seleksi
Para manajer personalia
menggunakan proses seleksi untuk mengambil keputusan penerimaan karyawan baru.
Proses seleksi tergantung pada tiga masukan penting. Informasi analisis jabatan
memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi
yang diisyaratkan jabatan. Rencana-rencana sumber daya manusia memberitahukan
kepada manajer personalia bahwa ada lowongan pekerjaan. Akhirnya, penarikan
agar manajer personalia mendapatkan sekelompok orang yang akan dipilih. Ketiga
masukan ini sangat menentukan efektivitas proses seleksi.
Disamping itu, manajer personalia harus
menghadapi paling tidak tiga tantangan, yaitu tantangan-tantangan suplai, ethis
dan organisasional. Berbagai tantangan ini sering menjadi kendala proses
seleksi.
2. Tantangan-tantangan
Suplai
Semakin besar jumlah
pelamar yang “qualified” maka akan semakin mudah bagi departemen personalia
untuk memilih karyawan baru yang berkualitas. Dalam kenyataannya, banyak
lowongan jabatan, seperti kebutuhan manajer profesional sekarang ini, sangat
sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai tersebut menyebabkan organisasi tidak
leluasa memilih calon karyawan terbaik.
3. Tantangan-tantangan
Ethis (etika)
Penerimaan karyawan baru
karena hubungan keluarga, pemberian komisi dan kantor penempatan tenaga kerja,
atau karena suap, semuanya merupakan tantangan bagi pengelola organisasi. Bila
standar-standar ethis ini dilanggar, karyawan baru mungkin dipilih secara tidak
tepat.
4. Tantangan-tantangan
Organisasional
Proses seleksi bukan
merupakan tujuan akhir, tetapi prasarana dengan mana organisasi berupaya untuk
mencapai tujuan-tujuan dan sasarannya. Secara alamiah, organisasi menghadapi
keterbatasan-keterbatasan, seperti anggaran atau sumber daya lainnya yang
mungkin akan membatasi proses seleksi. Disamping itu, berbagai strategi,
kebijaksanaan dan taktik organisasi juga merupakan batasan-batasan.
Ø
Langkah-langkah dalam peroses seleksi
1.
Penerimaan awal
Proses seleksi merupakan
jalur dua arah. Organisasi memilih para karyawan dan para pelamar memilih
perusahaan. Seleksi dimulai dengan kunjungan calon pelamar ke kantor personalia
atau dengan permintaan tertulis untuk aplikasi.
Bila pelamar datang sendiri, wawancara
pendahuluan dapat dilakukan. Ini akan sangat membantu dalam upaya menghilangkan
kesalahapahaman dan menghindarkan pencarian informasi dari sumber tidak resmi
(“jalan belakang”).
2.
Tes peneriman
(ujian)
Tes-tes penerimaan
sangat berguna untuk mendapatkan informasi yang relatif obyektif tentang
pelamar yang dapat dibandingkan dengan para pelamar lainnya dan para karyawan
sekarang. Tes-tes penerimaan merupakan berbagai peralatan bantu yang menilai
kemungkinan padunya antara kemampuan, pengalaman dan kepribadian pelamar dan
persyaratan jabatan.
Agar tes dapat meloloskan para pelamar
yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti bahwa skor-skor tes
mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan prestasi kerja atau dengan
kriteria-kriteria relevan lainnya.
Berbagai
Peralatan Tes
Ada bermacam-macam jenis
tes penerimaan. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang terbatas, dan mempunyai
tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tes-tes Psikologis (Psychological Test)
Ø
Test kecerdasan (intelligence test) : Yang
menguji kemampuan mental pelamar dalam hal daya pikir secara menyeluruh dan
logis.
Ø
Test kepribadian (personality test) : Dimana
hasilnya akan mencerminkan kesediaan bekerja sama, sifat kepemimpinan dan
unsur-unsur kepribadian lainnya.
Ø
Test bakat (aptitude test) : Yang mengukur
kemampuan potensial pelamar yang dapat dikembangkan
Ø
Test minat (interest test) : Yang mengatur
antusiasme pelamar terhadap suatu jenis pekerjaan.
Ø
Tes prestasi (achievement test) : Yang mengukur
kemampuan pelamar sekarang
2. Tes-tes Pengetahuan (Knowledge
Tests)
Yaitu
bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar.
Pengetahuan yang diujikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan
pekerjaan.
3.
Performance
Tests
Yaitu bentuk tes yang
mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan
yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik untuk calon pengetik.
Selain harus feasible penggunaan tes juga
harus fleksibel. Hasil tes tidak selalu merupakan langkah pertama atau terakhir
dalam proses seleksi. Akhirnya, tes penerimaan hanya merupakan suatu teknis di
antara berbagai teknik yang digunakan dalam proses seleksi, karena tes hanya dapat
dilakukan terhadap faktor-faktor yang bisa diuji secara mudah. Hal-hal yang
tidak dapat diukur melalui pengujian mungkin sama pentingnya.
Wawancara
seleksi
Wawancara seleksi adalah percakapan formal
dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi hal dapat diterimanya atau tidak
(acceptability) seorang pelamar. Pewawancara (interviewer) mencari jawab dua
pertanyaan umum. Dapatkah pelamar melaksanakan pekerjaan? Bagaimana kemampuan
pelamar dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara mempunyai tingkah fleksibilitas
tinggi, karena dapat diterapkan baik terhadap para calon karyawan manajerial
atau operasional, berketerampilan tinggi atau rendah, maupun staf. Teknik ini
juga memungkinkan pertukaran informasi dua arah : pewawancara mempelajari
pelamar, dan sebaliknya pelamar mempelajari perusahaan.
Wawancara seleksi mempunyai dua kelemahan
utama : reliabilitas dan validitas. Bagaimanapun juga teknik wawancara penting
dilakukan dalam proses seleksi karena efektivitasnya dapat dipercaya dan
mempunyai fleksibilitas.
Proses
Wawancara
Tahap-tahap proses wawancara meliputi
persiapan pewawancara, pengarahan atau penciptaan hubungan, pertukaran
informasi, terminasi dan evaluasi. Setiap tahap harus dijalani agar wawancara
berhasil.
- Persiapan pewawancara. Kegiatan persiapan ini mencakup penentuan sasaran wawancara, pengembangan berbagai pertanyaan spesifik yang akan diajukan dalam proses wawancara, penetapan tipe wawancara dan format pertanyaan, serta pengenalan awal tentang pelamar dengan mempelajari blanko lamaran. Disamping itu, pewawancara harus mampu menjelaskan tugas-tugas pekerjaan, standar prestasi, upah dan tunjangan-tunjangan lain, dan bidang-bidang pekerjaan lainnya.
- Pengarahan. Setelah wawancara dimulai, pewawancara perlu menciptakan hubungan yang relaks dengan pelamar dan suasana yang “enak”. Tanda kondisi ini pewawancara mungkin tidak memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang potensi pelamar.
- Pertukaran Informasi. Inti proses wawancara adalah pertukaran informasi. Untuk membantu menciptakan hubungan, banyak pewawancara mulai dengan bertanya kepada pelamar bila ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan. Ini menimbulkan komunikasi dua arah dan memungkinkan pewawancara mulai untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pelamar.
- Terminasi. Bila waktu wawancara yang tersedia habis, pewawancara perlu memberi isyarat bahwa wawancara akan segera diakhiri, dalam hal ini sekali lagi komunikasi non verbal sangat berguna.
- Evaluasi. Segera setelah wawacara berakhir, pewawancara harus mencatat jawaban-jawaban tertentu dan kesan-kesan umum mengenai pelamar. Penilaian ini dapat menggunakan catatan yang telah disiapkan secara standar. Penggunaan catatan atau daftar standar akan meningkatkan reliabilitas wawancara sebagai teknik seleksi.
Kesalahan-kesalahan
Wawancara
Ada berbagai penyebab kesalahan atau
perangkap dalam proses wawancara. Kegagalan untuk mengatasi penyebab-penyebab
kesalahan wawancara akan menurunkan efektivitas wawancara. Berbagai bentuk
kesalahan wawancara secara terinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Halo Effect
Kesalahan ini terjadi bila pewawancara
menggunakan informasi terbatas tentang pelamar untuk berprasangka dalam
evaluasi terhadap karakteristik-karakteristik lain pelamar. Contoh, seorang
pelamar yang mempunyai senyuman menarik (apalagi kalau cantik atau ganteng) dan
simpatik diperlakukan sebagai calon unggul sebelum wawancara dimulai.
2. Leading Questions
Kesalahan ini akibat pewawancara
mengirimkan telegram jawaban
yang diinginkan dengan cara memberi arah pertanyaan-pertanyaan wawancara.
Contoh :
apakah saudara setuju bahwa laba adalah penting ?
apakah saudara akan menyenangi pekerjaan
ini?
3. Personal Biases
Kesalahan ini merupakan hasil prasangka
pribadi pewawancara terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Contoh : “saya lebih menyukai personalia
penjualan yang berbadan tinggi”
“ada pekerjaan yang hanya pantas untuk pria
dan ada pekerjaan yang hanya pantas
untuk wanita”.
4. Dominasi Pewawancara
Kesalahan ini akibat pewawancara
menggunakan waktu wawancara untuk “membual” kepada pelamar, menyombongkan
keberhasilan, atau melakukan percakapan sosial.
Contoh : penggunaan waktu wawancara untuk
menceritakan rencana-rencana perusahaan, penggunaan waktu wawancara untuk
memberitahukan bagaimana pentingnya pekerjaan pewawancara.
1. Pemeriksaan / penilaian referensi
-Bagaimana tipe pelamar ?
-Apakah pelamar adalah pekerja yang dapat
dipercaya ?
-Bagaimana sifat-sifat atau kepribadian
pelamar ?
-Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
departemen personalia menggunakan berbagai
referensi.
Personal references-tentang karakter
pelamar-biasanya diberikan oleh keluarga atau teman-teman terdekat yang
ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta perusahaan. Bila referensi
diserahkan secara tertulis, pemberi referensi biasanya hanya menekankan hal-hal
positif. Oleh karena itu, referensi pribadi pada umumnya jarang digunakan.
Employment references. Mencakup latar
belakang atau pengalaman kerja pelamar. Banyak spesifikasi personalia bersikap
skeptis terhadap referensi-referensi tersebut, karena dalam kenyatannya
organisasi sangat jarang untuk mendapatkan referensi yang benar.
2. Evaluasi medis
Proses seleksi ini mencakup pemeriksaan
kesehatan pelamar sebelum keputusan penerimaan karyawan dibuat. Pada umumnya,
evaluasi ini mengharuskan pelamar untuk menunjukkan informasi kesehatannya.
Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter diluar perusahaan maupun oleh tenaga
medis perusahaan sendiri. Evaluasi medis memungkinkan perusahaan untuk menekan
biaya perawatan kesehatan karyawan dan asuransi jiwa, mendapatkan karyawan yang
memenuhi persayaratan kesehatan fisik untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, atau
memperoleh karyawan yang dapat mengatasi stress fisik dan mental suatu
pekerjaan.
3. Wawancara atasan langsung/manajer
Atasan langsung (penyelia) pada akhirnya
merupakan orang yang bertanggungjawab atas para karyawan baru yang diterima.
Oleh karena itu, pendapat dan persetujuan mereka harus diperhatikan untuk
keputusan penerimaan final. Penyelia sering mempunyai kemampuan untuk
mengevaluasi kecakapan teknis pelamar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
pelamar tentang pekerjaan tertentu secara lebih tepat. Atas dasar ini banyak
organisasi yang memberikan wewenang kepada penyelia untuk mengambil keputusan
penerimaan final.
Komitmen para penyelia pada umumnya akan semakin
besar bila mereka diajak berpartisipasi dalam proses seleksi. Partisipasi
mereka paling baik diperoleh melalui supervisory interview. Dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan, penyelia menilai kecakapan teknis, potensi, kesediaan
bekerjasama, dan seluruh kecocokan pelamar. Wawancara ini berguna sebagai suatu
cara efektif untuk meminimumkan pertukaran karyawan, karena karyawan telah
dapat memahami perusahaan dan pekerjaannya sebelum mereka mengambil keputusan
untuk bekerja pada perusahaan.
4. Keputusa penerimaan
Apakah diputuskan oleh atasan langsung
atau departement personalia, keputusan penerimaan menandai berakhirnya proses
seleksi. Dari sudut pandangan hubungan masyarakat (public relations), para
pelamar lain yang tidak terpilih harus diberitahu. Departemen personalia dapat
mempertimbangkan lagi para pelamar yang ditolak untuk lowongan-lowongan
pekerjaan lainnya karena mereka telah melewati berbagai macam tahap proses
seleksi.
·
Hasil
seleksi dan umpan balik
Hasil akhir proses seleksi adalah orang
yang diterima sebagai karyawan baru. Bila masukan-masukan seleksi diperhatikan
dengan seksama dan langkah-langkah dalam proses seleksi diikuti secara benar,
maka para karyawan baru akan merupakan sumber daya manusia yang produktif. Dan
karyawan produktif adalah bukti paling baik suatu proses seleksi yang efektif.
Untuk mengevaluasi baik karyawan baru
maupun proses seleksi diperlukan umpan balik. Umpan balik ini mungkin mencakup
informasi tentang kepuasan karyawan, perputaran dan absensi, prestasi kerja,
kegiatan serikat kerja, atau sikap penyelia. Umpan balik yang konstruktif
diperoleh melalui diperoleh melalui serangkaian pertanyaan tertentu. Bagaimana
karyawan baru menyesuaikan diri dengan organisasi? Bersikap terhadap pekerjaan?
Terhadap karier dimana pekerjaan merupakan salah satu komponen? Dan akhirnya,
bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaan? Jawaban-jawaban untuk masing-masing
pertanyaan tersebut memberikan umpan balik tentang karyawan baru dan proses
seleksi.
C. SYARAT-SYARAT SELEKSI DAN PENEMPATAN
Seleksi dan penempatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengetahui apakah pelamar diterima atau ditolak, atau jadi tidaknya
penempatan pekerja pada posisi yang baru. Efektifitas fungsi seleksi dan
penempatan ditentukan oleh beberapa syarat penting dan informasi yang
dibutuhkan
Syarat-syarat
yang dimaksud adalah
- Informasi analisis jabatan, yang memberikan diskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi yang disyaratkan setiap jabatan;
- Rencana-rencana sumber daya manusia, yang memberikan informasi kepada manager tentang tersedia / tidaknya lowongan pekerjaan dalam organisasi;
- Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan menjamin manager bahwa tersedia sekelompok orang yang akan dipilih
D.
TES KEABSAHAN
DAN BENTUKNYA
Tes validasi adalah penentuan cakupan apakah suatu alat seleksi
bersesuaian dengan syarat pekerjaan. Dimana terdapat 3 strategi validitas,
yaitu:
1.
Empirical
Validation,
ini dikenal dengan keabsahan kriteria (criterion validation) yang menghendaki bahwa suatu angka test dalam pengertian statistik dapat dikorelasikan secara signifikan dengan unsur penting dari performansi kerja. Sehingga tes ini akan memakan waktu dan uang dan dapa menjadi tidak praktis bagi organisasi yang mempekerjaan sedikit orang pada suatu klas pekerjaan.
ini dikenal dengan keabsahan kriteria (criterion validation) yang menghendaki bahwa suatu angka test dalam pengertian statistik dapat dikorelasikan secara signifikan dengan unsur penting dari performansi kerja. Sehingga tes ini akan memakan waktu dan uang dan dapa menjadi tidak praktis bagi organisasi yang mempekerjaan sedikit orang pada suatu klas pekerjaan.
2.
Construct
Validation,
adalah tes yang mengidentifikasikan ciri-ciri psikologis atau ketangkasan yang dikaitkan dengan keberhasilan kinerja pekerjaan tersebut. Ini membutuhkan jasa konsultan yang valid dan independen. Dan tes ini merupakan metode pilihan untuk jabatan pemerintahan dalam rangka peningkatan produktifitas dan kejelasan harapan kinerja.
adalah tes yang mengidentifikasikan ciri-ciri psikologis atau ketangkasan yang dikaitkan dengan keberhasilan kinerja pekerjaan tersebut. Ini membutuhkan jasa konsultan yang valid dan independen. Dan tes ini merupakan metode pilihan untuk jabatan pemerintahan dalam rangka peningkatan produktifitas dan kejelasan harapan kinerja.
3. Content
Validation,
tes ini menuntut adanya kualifikasi minimum yang logis yang dikaitkan dengan kewajiban dari jabatan yang akan ditempati, standar kinerja realistik, ketrampilan, pengetahuan sesuai dengan SKAs. Tes ini juga dapat digunakan untuk kriteria seleksi dan promosi dengan mengukur kinerja seorang pekerja.
tes ini menuntut adanya kualifikasi minimum yang logis yang dikaitkan dengan kewajiban dari jabatan yang akan ditempati, standar kinerja realistik, ketrampilan, pengetahuan sesuai dengan SKAs. Tes ini juga dapat digunakan untuk kriteria seleksi dan promosi dengan mengukur kinerja seorang pekerja.
F. METODE PENEMPATAN DAN SELEKSI
Dalam proses seleksi adalah
menetapkan kualifikasi minimal bagi suatu jabatan melalui analisis jabatan ini
berkaitan dengan metode-metode tertentu yang di untuk mengukur
kualifikasi-kualifikasi dari pelamar atau pekerja. Ada (9) metode yang biasanya digunakan, yakni:
1. Tinjuan Data Biografis
Tinjuan
mengenai pendidikan dan pengalaman dari seorang pelamar, melalui proses seleksi. Sekalipun pendidikan dan
pengalaman bukan merupakan kriteria yang penting, tetapi bisa digunakan untuk
tujuan-tujuan penting lain.
2. Tes ketangkasan
Tes
ketangkasan tidak mahal secara relatif untuk di laksanakan dan dicatat, dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi.
3. Tes kemampuan
Tes
ini mengukur luasnya kemampuan umum atau ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan
dengan tingkat kinerja pekerjaan melalui empirical atau construct validation.
4. Tes performansi
Semakin
dekat test kemampuan merangsang tugas-tugas pekerjaan dan konteks yang aktual.
Test tersebut semakin menjadi test performansi.
5. Referensi
Referensi
merupakan metode seleksi yang penting, dipakai untuk memeriksa pendidikan dan
riwayat-riwayat atau untuk memperoleh keterangan tentang kepribadian atau
ketrampilan pelamar.
6. Evaluasi performansi
Evaluasi
performansi sebelumnya sering di pakai untuk menilai potensi bagi penugasan
kembali atau promosi, atau bahkan persyaratan bagi lowongan promosi tertentu.
7. Wawancara
Wawancara-wawancara
akan memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengamati kinerja atau
penampilan seorang pelamar dan ketrampilan-ketrampilan antar perorangan, dan
untuk menanyakan hal-hal yang tidak di muat dalam from-from lamaran.
8. Pusat-pusat penilaian
Pusat-pusat
penilaian berusaha untuk memperkenalkan beberapa pelamar dengan
keadaan-keadaan kerja yang merangsang
supaya menekankan kinerjanya pada tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerja.
9. Masa percobaan
Masa
percobaan memiliki faktor validitas dan reliabilitas yang mungkin tinggi karena
metode ini mengukur kinerja aktual pada kerja.
·
Kendala
Dalam Memilih Metode Seleksi Dan Penempatan
Beberapa kesulitan dan kendala dalam memilih diantara kesembilan metode
seleksi dan penempatan, yaitu:
1.
Tingkat validitas yang berbeda dan keterkaitan kerja
yang berbeda;
2.
Masing-masing
metode mempunyai tingkat reliabilitas atau kekonsistenan angka bagi seorang
pelamar dibandingkan waktu.
3.
Metode tersebut mempunyai tingkat biaya yang
bervariasi, dari yang mulai tidak mahal hingga biaya yang sangat mahal.
4.
Orientasi nilai (efiensi, kepentingan,
keadilan) dari sebuah organisasi juga mempengaruhi dalam pemilihan metode
seleksi dan penempatan.
A. KESIMPULAN
Seleksi adalah metode dan prosedur yang dipakai oleh bagian personalia
(perusahaan) waktu memilih orang untuk mengisi lowongan pekerjaan. Dalam
seleksi dan penempatan sangat ditentukan syarat-syarat penting yang dapat
menjadikan efektifitas fungsi seleksi dan penempatan. Syarat-syarat yang
dimaksud adalah informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia
dan keberhasilan fungsi rekrutmen.
Dalam proses seleksi adalah menetapkan kualifikasi minimal
bagi suatu jabatan melalui analisis jabatan, hal ini berkaitan dengan
metode-metode tertentu untuk mengukur kualifikasi-kualifikasi dari pelamar atau
pekerja, dalam hal ini biasanya ada sembilan metode yang digunakan yakni:
(1) tinjauan
data biografis, (2) tes ketangkasan, (3) tes kemampuan, (4) tes performansi, (5)
referensi,(6) evaluasi performansi, (7) wawancara, (8) pusat-pusat penilaian, (9)
masa percobaan.
Dalam seleksi penerimaan pegawai baru juga harus melalui tahapan-tahapan,
langkah yang dapat ditempuh mulai dari penerimaan awal, ujian, wawancara,
penilaian referensi, evaluasi medis, wawancara oleh manajer, pengambilan
keputusan.
Setelah proses seleksi dilalui langkah selanjutnya yaitu penempatan,
dimana dalam hal ini seorang pegawai baru akan ditempatkan pada posisi-posisi
tertentu dengan tanggung jawab yang tertentu pula. Penempatan ini tidak hanya
berlaku bagi karyawan baru, tetapi berlaku pula bagi karyawan lama.
B.
PENUTUP
Alhamdulillah
dengan nikmat dan ridho Allah SWT,
dengan izin-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tapi
sebelumnya kami minta maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak
kekurangan ataupun kesalahan. Baik mengenai penjelasan, pemahaman ataupun
kata-kata yang kurang jelas untuk dipahami. Kami minta maaf karena kami tidak
lain adalah makhluk yang banyak kekhilafan, dan andai kata ada teman-teman atau
para pembaca yang ingin memberi kritik ataupun saran, kami pemakalah menerima
dengan lapang dada. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua
terutama kami.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu
S. P. Manajemen SDM, Jakarta : Bumi
Aksara, 2007.
Handoko, Hani, Manajemen
Personalia dan SDM, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Tulus, Moh.
Agus, Manajemen SDM, Jakarta: Gramedia, 1996.
Mathis, Robert L
dan John H Jackson, Manajemen SDM, Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, 1990.
Siagain, Sandang
P., Manajemen SDM, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Gomes, Faustino
Cardoso, Manajemen SDM, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
Widiyantoro,
Yudi, Pengaruh Seleksi, Penempatan Tenaga
Kerja dan Pengembangan Pegawai terhadap produktivitas kerja pegawai pada
inspektorat kabupaten kediri. Jurnal Ilmu Manajemen, Revitalisasi Vol
1,Nomor 3, Desember 2012
Ratnasari, Desi,
Studi Tentang Proses Rekruitmen Tenaga
Kerja Perlindungan Masyarakat (LINMAS) Masyarakat Kabupaten Malinau. Jurnal
Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 1, 2013: 75-90
Penulis
KUNJUNGI PENGADAAN TENAGA KERJA
BalasHapushttp://indonugraha.blogspot.co.id/2016/02/pengadaan-tenaga-kerja.html